Minggu, 28 Desember 2008
t.a.u.t.
sudah lepas
mata tak lihat
telinga tak dengar
tapi
nadi2 masih tersambung
serat2 halus jiwa masih alirkan ruh mu
sampainya di sini
menjadi awan di pikiran
menjadi getar di nyawa
menjadi gundah di banyak waktu
menjadi penutup mata di jalan
lelah bertanya kenapa
lelah abaikan kenyataan
lelah berusaha
jadi biarkan saja
Jumat, 05 Desember 2008
Pagi Yang Tenang
labirin pemikir terbuka sedikit
tubuh yang ringan
kafein yang berat
kantin yang sepi
lantai dua
seragam2 tak terlihat
pagi yang tenang
datang lagi esok hari
Denpasar, 3 December 2008
9.53 AM
Rabu, 03 Desember 2008
Diam Dulu, Aku Sedang Mencari…
“John, kamu ngomong apa barusan?” “Coba ulangi?”
“Maksudmu kata yang mana Wan?”
“Uda gila kamu? Mana ada orang yang ngga berpenghasilan? ”
“Ada. Nih aku sendiri?”
“Wah edan wong iki… kamu sudah ikut aku lumayan, dua bulan kerja di toko bangunanku, kamu rapi kerjaane, dan minimal ada pemasukan untuk hari2mu makan… Lah sekarang… Kok ya mau berhenti? Ya opo seh? ”
“Ya gini ini Wan… Aku sudah memutuskan untuk fokus melukis saja. Ada banyak yang belum aku selesaikan. Semua pekerjaan lain mengganggu karyaku.”
Dan perdebatan itu berlangsung hanya 2 menit setelah itu. Dengan John membawa pulang gaji terakhirnya, dan pergi membeli segudang alat cat.
John Sagita, pemuda sarjana ekonomi yang puluhan kali masuk-keluar mencoba bekerja di tempat yang ia lebih suka sebut sebagai penjara, seperti di kantor, di restoran waralaba, rumah sakit, advertising, terakhir membantu teman SD-nya, Suwan, di sebuah toko bangunan besar yang merintis untuk bangun cabang ke-2. John akan diberikan kuasa manajemen penuh jika ia terlihat bekerja dengan baik selama 6 bulan ini.
Tapi setelah amplop gaji bulan kedua ditangannya, ia dengan ringan menyatakan ingin berhenti kerja, ini karena rong-rongan gairahnya untuk melukis tak bisa ia abaikan.
John Sagita sangat kecanduan melukis kosmik. Entah dari view finder teleskop tua pemberian teman kakeknya yang sering dipakai untuk mengamati bintang, entah dari National Geographic, entah dari imajinasi, ia sangat kecanduan melukisi sudut padang bintang dan susunan tata surya.
Oh ya, ia pembenci Star Trek, Starship Troopers, Planet Of The Apes dan Star Wars. Ia sering beranggapan kalau penulisnya bodoh, karena telah memberi pengaburan terhadap estetika luar angkasa. “Luar angkasa itu tenang, aku pernah tinggal disana, tak ada makhluk lain, tak ada jet dan laser berterbangan, luar angkasa itu tenang, tidak berat udaranya, jangan kotori. Luar angkasa itu tenang.” Katanya dalam sebuah percakapan dengan Suwan, Dimana waktu itu Suwan menyesal sudah menanyakan hal itu, karena mendapatkan jawaban yang bodoh. Wajar, karena Suwan adalah pebisnis Surabaya yang lebih akrab dengan hal dan hil seperti keadaan pasar, naik turun harga, bunga bank dll. Kedalaman jiwa tak seberapa penting baginya. Ia ingin terlihat baik di depan ayahnya dengan mengelola toko bangunan yang baru di’bikinkan’ oleh papa tercinta. Satu2nya yang buat ia nyambung dengan John adalah bangku SD dan masa jahiliah bersama berdua dulu, plus pertemuan reuni bulanan di kedai kopi gaya western milik teman satu angkatan juga dulu.
John Sagita, nama ini diambil dari zodiaknya, sagitarius. Walau ini sangat dekat dengan ketertarikannya pada tatanan bintang, tapi ia tak pernah percaya zodiak dan ramalan. Ia percaya zodiak tak akan membawanya kemana-mana. Tapi tatanan bintang, ya, tata surya, akan menunjukkan arah mana, untuk mencari.
Mencari.
Kata itu… mungkin kata yang ia harus taruh di shout out facebook, jika ia memilikinya.
Enam bulan sejak John Sagita berhenti dari Suwan, ada satu peristiwa. Bukan luar biasa, tapi hanya obrolan dengan meja kecil, frappuchino panas, malam reuni yang semakin sepi anggotanya.
“John, terus gimana lukis melukismu iku? Masih ta?”
“Wah banyak yang jadi, Cuma aku sekarang lagi kehabisan cat. Sudah dua minggu aku tidak melukis di kanvas.”
“Lha terus ya opo, berhenti ngelukis la’an?”
“Ngga, aku pake kertas aja, beli kertas hitam atau biru navy jadi dasar, terus tak tempeli guntingan kertas kecil2. Oh kamu harus lihat satu karyaku, itu aku potong dari majalah, kaya seperempat bagian bulan kelihatan, di depannya ada Bumi yang terlihat kecil. Jadi kaya kita ngelihat Bumi dari ketinggian dari bulan. Seru lho Wan.”
(Sudah terbiasa dengan keanehan John) “Oh yah… Lha terus kamu ini sebenernya selama ini makan dari mana John?”
(Semangat ceritanya sedikit menurun karena pembelokan topik dari Suwan) “Sempat aku ditawari buat njual lukisanku, tapi sayang ah, aku mending simpan. Enak aja rasaya, lihat2 hasil lukisanku.”
“Terus, 6 bulan ini, kamu gimana biayain semua?”
John lebih tertarik pada kopinya yang kepulkan uap melambai keatas, melebur dengan udara beranda kedai yang menghadap jalan. Ia menyeruput kopi, menaruhnya diatas meja kembali, dan berucap “Yang lain kemana, ya? Ko belum datang?” Katanya seolah mengabaikan. Tapi sebenarnya ia dari dulu memang seperti pemuda autis, yang hanya merespon pembicaraan yang menarik untuk dirinya sendiri dan buatnya penasaran.
Pertanyaan terakhir Suwan tak menarik.
(Tahu rasa penasarannya tak terjawab, Suwan mengalihkan ke penasaran lainnya)
“John, kenapa seh, kamu itu a ngelukisnya langit, luar angjasa dan bintang bintaaaaaaaang tok. Kenapa?”
“Ibuku…”
“Kenapa ibumu? Bukannya sudah meninggal toh, waktu kamu SD, aku inget kamu nginep di rumahku semingguan, buat ngilangin sedih kamu.”
“Iya.”
“Lha terus?”
“Iya, Ibu meninggalnya ndadak banget. Orang rumah ngga ada yang siap. Termasuk aku. Aku setelah itu sering nanya sama Bapak. “Ibu kemana?”
“Di sana nak…” Sambil sang Ayah menunjuk ke langit malam hitam.
“Jadi…”
“Aku…”
“…mencari Ibu.”
“Di langit.”
“Setiap Hari…”
“Kemana ya dia?”
Denpasar, 3 Desember 2008
1.12 PM
Selasa, 02 Desember 2008
Distorsi Malam Hari
gruuut
diam sejenak….
krok!
gruuuuuuut!
tanda kau terlelap
dengan tenang
pemulihan ragamu
tanda yang buatku sedikit senang,
artinya kau membaik dari sakitmu
walau
buatku tetap terjaga
mata tertutup tapi bahana
darimu
buatku tak lekas berangkat ke bimasakti mimpi
dua setengah menit kemudian kau lanjutkan lagi
gruuuuuugh
gruuuuuugh
tak apalah
aku keluar dulu
sejenak saja
Denpasar, 1 Desember 2008
11.11 PM
Kamis, 20 November 2008
Ini Kemana
Berjalan berarti tak bergerak
Seberapa arti cukup
Sampai kapan kasut ini menemani
Berapa ratus jengkal lagi harus diarungi
Mata2 terpasang di pingiran jalan
Mulut2 koarkan bising di setiap tikungan
Ribut
Risih
Ini jalanku kah
Sudah ah
Ku berhenti saja
Berhenti dulu
Hirup udara dulu
Hapus peluh dulu
Ku tak peduli apa kau setuju
Ku berhenti dulu
Renon, 17 November 2008
7.30 PM
Diam Kamu
Formasi emosi penjenuh hati
Penampakkan frekuentif seperti mual pagi
Ulang ulang terus
Kau habiskan daya untuk membeli tangga rapuh
Hanya untuk lihat lihat sebentar
Diatas ada apa
Balutan kaki kering itu terus
Julangan tengah itu selalu ada
Serbuan helai ke muka itu semua
Deru pixel rayakan dirimu
Jual jual romansa
Lemahkan Jiwa
Menghilang sana
Kemas persenjataanmu
Mual ini ada selama kau ada
Ususku tampungi liur benda asing
Sampah menggenang kau berikan
Masuk begitu saja
Bukan karena aku ingin
Bukan karena aku mengunyahnya
Tapi
Lewat udara
Lewat kabel tembaga kejut
Lewat pixel
Lewat bahana
Lewat siulan kamerad
Menjadi sama bukan suara hati
Pergi saja sana ke ruang orang mati
Ku tak ingin kamu yang pegang kendali
Renon, 11 November 2008
8:28 AM
Minggu, 09 November 2008
Sampah (Gosip)
Kau pikir aku haus drama
Kau pikir aku ingin ditinggikan atas perendahan orang lain
Mata menyipit, kau berdesis, sembur dengki dan bumbui berita
Kau pikir aku merasa lebih lengkap karena orang lain terlihat kekurangan moral
Kau pikir aku perlu hakimi manusia lain sebelum hakimi diri
Ukuran yang kau pakai akan terpasang padamu
Kubayangkan, bagaimana ukuran itu menyiksamu
Bagaimana kalau hal itu terjadi padamu, darah dagingmu
Bagaimana kalau bibirmu buka jalan ke nerakamu
Benah ripah saja dulu dirimu
Lengkapi diri dengan kesunyian
Salib diri dengan keheningan
Kau terlihat lebih cantik dengan hias kesenyapan
Kau jelita dengan analisa bisu
Renon, 10 November 2008
8:47 AM
Kamis, 06 November 2008
Kaki
Kumpulan urat, otot, tulang, kulit, sedikit lemak, bulu tipis, kuku.
Dibawah.
Penopang.
Antisipator ketidak-seimbangan
Transporter dimensi dan waktu untuk tubuh.
Alat keindahan.
Untuk menyakiti kadang.
Legislatif otak beri perintah.
Formasi sistem membuatnya tak membutuhkan perintah insidentil.
Tarian ia buat indah.
Pemandangan ia buat berubah.
Regangan ototnya Bantu bangun harga diri
Gantungkan dia dan goyang2kan saja,
maka kau disebut orang bahagia.
Renon, 4 November 2008
10:20am
Depedensi
Harus berjalan seperti inikah
Banyak hal di sekeliling dan kau tak bisa merasakannya dengan benar?
Kenapa.
Depedensi mengendalikan otak, tubuh, hati.
Ingin memaki.
Kenapa aku dulu akhirnya pasang badan untuk terjerat si jahanam ini
Depedensi.
Biarkan diri tergantung pada satu variabel yang sekilas manis.
Tapi di belakangnya banyak racun, sebut saja satu namanya candu
Candu untuk tidak merasa lengkap jika berdiri sendiri.
Candu yang arahkan syaraf dan peta pikiran terpusat padanya.
Setiap waktu.
Setiap malam
Tidak enak
Seperti pahit
Sedikit hambarkan beberapa rasa
Seperti penyempitan arteri
Nadi ini melemah
Teka teki
Lama sekali ini tak tersusun, tak terjawab, tertinggal kosong, apalah
Sudah banyak pengorbanan
Usaha
Bahkan manipulasi pikiran
Motivasi dengan varian jangka waktu
Uang
Tindakan
Waktu
Tempat2 yang dituju
Teman2 yang ditemui
Tapi tetap lemah ini nadi
Keparat
Sebenarnya rasa tak sopan memaki seperti ini
Ah persetan
Mana diriku yang dulu mengangkat dagu?
Tolak depedensi
Pelit toleransi
Sepertinya lebih mudah seperti itu
Pengabaian
Persetan kamu
Dan yang kau pikirkan
Dan racunmu, dengan genggaman pisau di belakang punggungmu
Anjing kamu
Kupanggil ruh diriku
Yang dulu
Yang meski lusuh
Tapi berjalan tegak
Tak menarik
Tapi mengangkat dagu
Yang ditengah taufan
Tapi bernafas tenang
Kembali
Kembali
Kembali
Sini kembali
Ambil kendali ini lagi
Lihat kemari
Arahnya kesini
Renon. 7:54 AM
02/11/2008
Senin, 27 Oktober 2008
Tak Ingin Heboh Sendiri
-taken from 'Be The One' song by The Ting Tings-
...and I don't wanna be the one
Only overjoyed
I don't wanna be the one
Makin' all the noise
So make sure you're thinkin it through
You've let me down again
Minggu, 26 Oktober 2008
Sepi
...
...
???
Pintu sepi
Dinding Sepi
Remote dan Tv Sepi
Layar 14”dan keyboardnya sepi
Kursi sepi
Lihat keluar jendela.
Sepi
Aroma sesudah hujan
Langit bercangkang kapas putih yang disebut awan
Banyak orang tapi sepi
Dia telah pergi
Akupun memunggungi
Cari eksplanasi
Atau inspirasi saja
Atau kegilaan sementara
Hancurkan sedikit kebiasaan lama
Ahli agama bilang kita tak sendiri
Sang raja juga bilang hal yang sama
Tapi ini…
Sepi
Tapi
Apalah
Terserah
Aku hanya butuh
Tingkat kesadaran yang kembali
Untuk kendali
Untuk diri
Renon, 8.50 Am
27 Oct 2008
Minggu, 12 Oktober 2008
808s & Heartbreak
808s & Heartbreak
Kemarin (11 Oct), adalah hari yang saya juluki sebagai hari “808’s & Heartbreak”. What a day.
Anda yang banyak mengikuti perkembangan lagu dan seniman komersil musik dunia mungkin pernah mendengar rangkaian frase ini. Ya, ini saya ambil dari album Kanye West selanjutnya yang akan release sometime soon by the end of this year, dengan judul “808’s & Heartbreak”
Let’s break it down jadi 2 kata:
808, dan
HEARTBREAK
Kita mulai dari 808.
Ini sebenernya nama sebuah alat, yang digunakan di jaman 80-an untuk merangkai beat2 dalam musik. Umumnya pada saat itu adalah musik Rap / Hip Hop. So ini adalah simbol kecintaan saya pada seni uban bernama Hip Hop. Hari kemarin saya mengalami metamorfosa, seperti kata The Beatles : “The Love You Give Will Return To You”, or something like that lah. I got love for some subculture called “Hip Hop”, dan kemarin saya merasa mendapat feedback yang positif dari apa yang saya pernah lakukan for that love. Saya merasa sub-budaya ini melakukan hal positif untuk saya jaman dahulu, dan saya berkeinginan untuk membalas sub-budaya itu dengan berbuat sesuatu. Like balas budi for instance, dengan cara membangun sebuah komunitas, yang disebut dengan “Bali Hip Hop Community”, yang sudah ada di kepala saya selama 2 tahun lalu, tapi baru berjalan pertengahan 2008 ini.
So I built and gather some friends with the same vision. Karena hal ini adalah kegiatan non-profit, jadi saya pertamanya sedikit ragu. “
Ada sedikit perselisihan paham antara kubu, individu, dan idealisme, tapi dengan mediasi komunitas ini, dengan beberapa pertemuan yang ditengahi kopi dan suasana santai, semua itu sedikit demi sedikit terlalui dan jalinan komniksi membaik, dan alhasil, komunitas ini terbentuk, dengan banyak upaya swadaya dari saya, dan beberapa teman2 baik lainnya. Capek emang, tapi we did it for the love.
But the love is giving its favor back malam kemarin. Saat berusaha untuk socialize tadi malam (maklum, saya akhir2 ini agak ‘anti-social’ karena sok sibuk, so I’m trying to relate more skg). Bertemu dengan beberapa teman sekomunitas dan sepaham, tak dinyana mereka sungguh on fire, dan melakukan aktivitas suportif untuk mengembangkan komunitas ini. Mulai dari membuka akses dengan pihak venue untuk dijadikan tempat aktivitas komunitas, mencetak sticker dengan biaya sendiri, merekrut penggemar baru, berbicara dengan berapi-api bagaimana perjuangan seni itu mengalami kepahitan, naik-turun, sampai sekarang mereka memiliki peghasilan tetap dari Hip Hop. I mean for me... It’s like whuo. I like this. God is so good. He reigns us this art for a way of living. A.m.a.z.i.n.g.
Lalu ada beberapa dukungan lainnya, dari salah satu produser kelas internasional yang ngobrol2 dengan saya ketika berada di satu tempat beach front club paling happening di
But well, dengan semua itu, saya sedikit overwhelm, masih mencoba untuk menyerap, dan menyatakan diri bagaimana harus bersikap. Mudahan saya dan kawan2 bisa menyikapi ini dengan baik. Yang jelas, saya merasa senag sekali denga semua keadaan, semua pernyataan dukungan, semua dukungan yang sudh teralisasi, semua otak yang telah saya pengaruhi untuk (lebih) mencintai seni urban ini, semua individu2 baik yang saya temui malam itu, It was a 808 moment in my life. Yes. 808 moment saya define aja jadi = Beautiful Hip Hop occurrence. Terima kasih Tuhan.
Ok, sekarang kita bahas bagian HEARTBREAK
Whew, kok agak ragu ya memulai nulis ini, tapi what the heck-lah. I have to let it go by spreading out the words anw. It’s like a morning attack in your toilet. Let it go to refresh.
Intinya, kemarin, saya sempet telefon teman wanita yang sempat dekat (dulu), dan all of a sudden banyak informasi perubahan dalam dirinya. Entah belum ada pemberesan tuntas dalam hati or emang masih proses, sepertinya saya merasa masih merasa sedikit memiliki si dia. Jadi perubahan2 yang ada pada dirinya itu saya anggap sebagai hal yang aneh. Dan intinya, she’s not within reach is the thing I felt bad on. Sempet share dengan teman, and he said “You have a so much better condition than her. Why bother to feel bad? Does she know that you changed too?”.
Ow. Setelah menulis perkataan teman saya itu saya baru ngerti maksud dia (waktu pas dengerin masih ngga terlalu ngeh karena terpecah konsen menyetir mungkin). I was in the lack of confidence. Which I should look around and see what I got, not what I’m loosing.
You know what, menulis hal ini seperti pencerahan diri ternyata, I feel better currently, by just pouring it out in this .doc form. So I might over-defining by saying it’s a heartbreak. Because it was not a heartbreak. It’s a part of my spiritual journey.
Time to rise up.
So anyone of you yang lagi missing something / someone yang was a part of your life,
SEE OTHER PARTS that you might ignore once (family, friends, hobby, personal obsession, etc)
How great Thou Art,
Daddy O
Jumat, 10 Oktober 2008
Hidup, artinya.....?
Oh well, ijinkan saya mengatakan kalau inilah pertanyaan terbesar dalam hidup seseorang, entah kita pernah mengatakannya dalam hati, melontarkan pertanyaan verbal ini kepada pihak lain, atau semua kegiatan, aktivitas dalam hidupnya mencerminkan pencarian tiada akhir tentang kenapa saya ada di dunia ini, di dalam tubuh ini, kenapa saya lahir dalam keluarga ini, kenapa saya pintar dalam sesuatu, kenapa saya terlihat bodoh dalam beberapa hal, kenapa saya ingin seperti mereka yang sukses, dsb isi sendiri ‘the bla bla bla’ setelah itu.
Saya pernah membaca sebuah interview dengan actor idola; Denzel Washington. Menjawab pertanyaan :
‘Menurut anda, apa kekurangan anda sebagai serang aktor?’
He answers:
“Saya tidak pernah menilai diri sendiri. Terserah para penonton, mau meniilai akting saya seperti apa. Kalau Saya sih, sederhana saja, BERUPAYA MELANJUTKAN PERJALANAN SPIRITUAL SAYA.”
Bukannya saya terkaburkan dengan figur yang sudah saya kagumi sebelumnya, jadi kata2 apapun yang dicapkan orang itu pasti merema dalam saya, but hey, barisan frase inspiratif itu saya pikir adalah sesuatu yang bisa jadi cermin buat siapa saja secara mudah. Berbicara mudah, mari bagi ‘barisan frase inspiratif’ itu kedalam 2 elemen saja:
Pertama, “BERUPAYA MELANJUTKAN”
Bisakah anda dig down sedikit secara analisa logika yang sederhana saja. Jika seseorang menyebutkan ‘melanjutkan’, berarti ada variabel yang pernah ada sebelumnya, dan kata ‘berusaha’ mengungkapkan aktivitas untuk mempertahankan variable tersebut tetap dalam kondisi baik, atau minimal keeping it running.
Kedua “PERJALANAN SPIRITUAL SAYA”
See, I’m not good a any spiritual meanings and applications, I’m not a very religious person myself (I don’t believe in religion, saya lebih suka ‘relationship with God’ yang akan dibantu oleh cangkang yang disebut agama) tapi minimal saya tahu kalau pergerakkan emosionil, dan tubuh, itu berasal dari karakter / keadaan spiritual pada saat itu.
Kalau diurai lagi, keadaan spiritual ini tentu akan mengalami beberapa perubahan sepanjang perjalanan. Sebut saja sebuah perjalanan anda dengan mobil yang anda setir sendiri. Perjalanan mobil ini tentu memiliki urutan seperti ini kurang lebih dengan perbandinganya dengan perjalanan spiritual:
Momen ketika anda masuk ke mobil = ketika anda masuk kedalam rahim Ibu anda tercinta.
Momen ketika anda menyalakan starter mobil = ketika anda sudah lahir, mulai bisa melakukan kegiatan motorik seperti berteriak, berkomentar, menangis, diam, tertarik, dll. Mesin anda hidup. Anda dalam tahap kendali hidup tingkat dasar.
Momen waktu anda memanaskan mobil = Waktu anda belajar di sekolah, maksimalisasikan semua fungsi anda sebagai manusia berhikmat, sama seperti oli mobil yang perlu mengalir, bensin yang memerlukan waktu pembakaran. Ketika mesin sudah hidup, maka perlu waktu lagi untuk menaikkan daya tahan untuk perjalanan yang jauh. So anda sudah sekolah,menjadi lebih pintar, menemukan hobi, bergaul, pernah berantem dengan teman / orangtua / saudara, pernah gagal, pernah sombong karena berhasil, skill tertampung, dll, itu panas, tapi dari semua temperature yang panas itu anda siap untuk perjalanan yang jauh.
Momen anda memasukkan gigi satu = oh yeah, time for good plan of your life, ada yang ngga berrencana sama sekali, tapi minimal banyak orang sudah mengerti ketertarikkan mereka, contohnya orang yang suka logika memilih untuk menjadi arsitek, dokter, akuntan, pegawai bank. Yang suka seni akan buat lagu, lukisan, fotografi. Yang suka komunikasi akan memilih untuk bercita2 menjadi seorang PR, Penyiar, GRO, dll. Gigi satu sudah masuk, sebentar lagi kita tekan gas…..
Momen menekan gas kedalam, mobil mulai berjalan = Setelah bertahun2 belajar dan belajar, saatnya untuk praktikum, pegang kendali. Anda mulai bekerja, mulai cari duit, mulai cari pacar, mulai hidup teratur, mulai membeli barang yang berkarakter ‘gue banget’, mulai berpikir kalau saya berbeda degan yang lain, ‘sepertinya saya mengenali diri saya…’
Momen masuk gigi dua = ‘Hey, seru juga ya, sepertinya saya suka hidup ini,’ beberapa hal mulai terlihat lebih mudah, karena anda sudah berpengalaman setelah melewati proses mulai ini, mulai itu, dll. Saat ini waktu yang tepat untuk ‘menyalip’ mobil lain.
Momen pindah gigi tiga ‘Mobil didepan lamban amat, gue salip aja ah’= Ketika anda melihat rekan lain mengalami perlambatan, bisa saja anda menyalip rekan anda itu karena anda punya kecepatan yang konstan, you keep going no matter what.
Momen gigi empat = mulai laju, tenang, namun resiko kcelakaan lebih tinggi, and if accidents really happened, the damage will have more portion. Mulai mengambil resiko memulai bisnis baru, karir baru, blab la bla, banyak berhasil, ada yang gagal.
Momen gigi
Momen Berhenti = lah? Ko enak2 gigi
Momen MEMULAI KEMBALI gigi satu, dua, tiga dan seterusnya… = you know what i mean, right? Menempuh hidup baru, di mobil (hidup) anda sudah ada pendamping, tidak mustahil nanti berhenti lagi setelah ada momongan, dll)
Momen anda keluar dari mobil = sudah sampai mana ini ya? Hah? Waktu sudah habis! (Death separate you from anything in this world).
Panjang memang, tapi seberapapun waktu yang saya habiskan untuk menulis ini, seberapapun waktu yang anda habiska untuk membaca tulisan ini, tak sepanjang hidup seseorang, tak sepanjang perjalanan ‘the so-called 70 years of age’ yang manusia modern punya.
My word is, kalo kita sekarang dalam kesenangan, tekanan dll, coba kasi diri anda kesempatan untuk melihat, perjalanan spiritual anda sudah sampai mana? Meski tidak harus sesuai dengan urutan diatas, tapi yang paling penting adalah KESADARAN posisi kita sekarang. Bukan dikejar deadline, sibuk ngejar target, ingin pegakuan dari orang ain yang lebih besar.
Saya adalah saya, Anda adalah anda, kita punya pemikiran, pencapaian, dan ukuran yang berbeda.
..:::KNOW YOURSELF:::..
Happy weekend, y’all…
Daddy-O
Rabu, 17 September 2008
Pencinta, Atau Pembenci?
For instance, jika anda melihat pelaku kriminal di televisi yang melukai orang tak berdosa, bibit kebencian biasanya muncul kepada siapapun yang tega melakukannya, apalagi jika anda tahu seperti apa muka pelakunya.
Sebaliknya jika anda melihat seseorang yang melakukan hal yang baik, seperti ramah kepada siapapun, mudah membantu, ahli melakukan sesuatu, paras yang rupawan dan bla bla bla, maka rasa simpati adalah permulaan untuk selanjutnya mencintai. You get it?
But I have a queston for you. Tell me kalau anda pernah dicintai seseorang begitu luar biasa, lalu diakhir cerita anda mendapatkan hal yang sebaliknya:
Kebencian.
Ouch.
Ngga enak juga naruh kata ini diblog ini, but melihat ini hanyalah satu tahap dalam hidup, ga pa pa lah. Kita urai dikit yuk, arti kata ini, kenapa bisa tiba2 muncul ya?
- Kebencian dimulai dari ketidaksetujuan kita dengan sesuatu yang terjadi, atau seseorang melakukan sesuatu, yang tidak sejalan dengan pemahaman2 kita akan kebaikan.
- Kebencian muncul karena sifat manusia yang selalu ingin didahulukan. Kalau anda pernah mendengar cerita dari Qur’an atau Injil, mungkin pernah melihat pembunuhan manusia pertama, disebabkan oleh seseorang yang membenci, karena cemburu.
- “Awas lo! Mati ae
- Atau pernah denger ngga kata2 seperti “Coba gue kemarin nikah sama si B, ngga sama si A yang brengsek ini, ngga ngesot kaya gini kali keuangan gue.” Kebencian muncul karena ekspektasi masa depan yang ketinggian. Ketika ekspektasi/pengharapan itu tidak tercapai, seringkali individu lain disalahkan. Walau sebenarnya kita masih punya kendali dan kesabaran yang tidak dilepaskan untuk memperbaiki keadaan.
Bleh bleh bleh, I can go on, but I won’t. Ntar anda bosen ngeliat tulisan yang kebanyakan. Haha… tapi yang jelas, saya sendiri, dan anda mungkin aga2 bisa bercermin dengan hal2 diatas.
Akankah membenci selamanya?
Akankah mengutuk selamanya?
Udah ah, saya ngga mau bikin tambah dramatis diblog ini.Get a friend for a good talk about it, minta masukan dari teman yang pikirannya lebih terang dari kita. Give it a shot. We all need resolutions.
Happy Thursday,
Daddy O
Senin, 15 September 2008
Waktu. Kamu masih punya itu kan?
Waktu. Apa itu? Siapa dia? Membuat kita takut, tidak sabar, kegirangan, buru2, merasa terikat, tak berhenti memikirkannya?
Tau deh, agak males mengidentifikasikan apa itu waktu. Tapi yang jelas, saya sedikit tahu efek psikololgis yang diakibatkan variabel yang satu ini. You ready? Here we go.
Waktu bisa buat manusia merasakan macam2 perasaan:
1. Masih ingat waktu anda masih sering ngompol dan belum tau apa itu dunia, kita dijanjikan akan mendapatkan hadiah yang menyenagkan dari orang tua ketika ulang tahun? Lalu kita menghitung masa sampai hari itu tiba. Waktu membuat kita BELAJAR MENUNGGU karenanya.
2. Pernah punya pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu? Sampai kita benci satu moment dalam hidup dan megutuknya? Tapi beberapa detik setelah merasa tidak enak memikikirkannya, kita tiba2 menjadi lega, karena kita tidak berada di waktu yang gelap itu lagi. Waktu membuat kita BERSYUKUR kalau ada masa yang lebih buruk dari sekarang.
3. Hey, pernah dengar cerita pasangan yang sudah cerai/putus, lalu suatu moment membuat mereka bercerita tentang masa2 indah dulu, lalu itu paling tidak membuat kerenggangan semakin tidak ada, bahkan tidak jarang menyatukan kembali. Waktu membuat pengalaman NOSTALGILA :p yang seru untuk diingat saja , atau mempererat hubungan intra-personal (bukan hub cinta saja lho..)
4. Mimpi, waduh, ini hal emang bikin orang jadi semangat luar biasa. termotivasi dengan kata2 dir seperti ini: "nanti waktu saya umur 30, saya akan menikah", atau "saya ingin bekerja di perusahaan xxx kalau sudah lulus kuliah ah", atau "Awas loe ye! Liat ae ntar waktu gue sukses nanti! Gue kentutin juga lo pake duit! Japra!". You know, semua perkataan iman ini mengerakkan individu untuk berusaha lebih dari biasanya , termotivasi dari gambaran 'waktu' masa depan yang ideal. (Nah abis itu ya tergantung konsistensi orangnya, kalo cepet nyerah ya podo ae, panas didepan aja)
5. Waktu yang masih terus berjalan membuat anda lapar, bosan, senang, sedih, takut, benci, kangen, ingin lari dari kenyataan, dengarkan musik , ingin teriak, ingin kenal banyak orang, ingin membunuh semua orang yang ada di dunia, membenci Soeharto, pergi beribadah, bla bla bla bla, sampai akhirnya kita mati. Bottom line is, waktu mengisi hidup, dengan semua perasaan, pegalaman, keinginan.
So, saya tidak akan memberi 'wise words', i'm just spitting my words out about one specific thing. About time, something I still have. I love my time.
Use your time good, fellas!
Daddy O / Dedi Kristian
(Originally written by Dedi Kristian, at this very moment)
Rabu, 10 September 2008
Nonton Sitcom?
Dimulai dari cetusan 'so, apa yang baru nih?' lalu perbincangan dilanjutkan sampai dengan titik ia menawarkan saya untuk mengcopy rentetan season sitcom Amerika berjudul 'That '70s Show'.
And i was like 'oh yea sure'... dan akhirnya dengan 2 keping DVD penuh film seri, saya pulang dengan gemilang. 'New Entertainment', dalam hati.
Dan akhirnya sampai pada saat menikmati kekonyolan gambaran remaja Amerika ini.
(Buat anda yang belum pernah dengar) Ceritanya tentang dinamika anak remaja disituasi tahun '70an, (yeah, dimana masa 'hippie' masih punya kejayaan, perusahaan computer 'Apple' pertama dibangun, gerakan punk sebagai protes terhadap rock n roll berjaya, Jimmy Carter menggantkan Gerald Ford dll).
So here's a bit character facts from the show: Umumnya Sitkom ini menceritakan keluarga, dan gundahnya masa remaja Amerika, yaitu Eric Forman (Topher Grace yang pernah main sebagai pesaing Toby McGuire di Spiderman 3) dan lima temannya: Donna Pinciotti (Laura Prepon), tetangga sekaligus pacar; Steven Hyde (Danny Masterson), agak2 rebellious, seorang drug user yang akhirnya pindah untuk tinggal bersama keluarga Eric; Michael Kelso (Ashton Kutcher, u know MTV Punk'd? The Guardian? or should i say "Pacarnya Demi Moore 3 tahun belakangan?), a dim-witted narcissistic ladies' man; Jackie Burkhart (Mila Kunis), a self-involved high school cheerleader overly preoccupied with wealth and status; and Fez (an acronym that stands for Foreign Exchange Student played by Wilmer Valderrama), seorang pemuda 'bocor', murid pertukaran pelajar yang sedikit mirip orang India, sedikit mirip orang Latino, tau deh.
So i watch this sitcom continously as an entertainment supply, dari minggu sampaidari ini, rabu, i've watched 22 episodes! Dude, 1 episode:22menit, means i spend 484 menit = 8 jam! Whew.
but anw, it was a good refreshing matters to watch though, you sitcom usually have positive points:
1. Displaying easy-going characters
2. Ditengahnya ada banya tawa, seharusnya hidup seperti itu.
3. Hubungan intra-personal seringkali membantu masalah, juga kadang menciptakan friksi baru.
4. Penyikapan cepat yang menolong untuk inspirasi kita dalam mengambil keputusan.
5. Banyak ledakan2 yang berasal dari dua hal: naluri, dan nurani, seperti merangkum sifat manusia.
6. Hal yang sedih bisa dilewati dengan suasana yang seperti ini: "udah ah, ntar paling ada ketawa2nya lagi" dalam satu episode.
So i still missing those days ketika sitkom masih dimainkan di TVRI, dan TV swasta lainnya, ketimbang sinetron jahat yang berbalut agama dan moralitas tinggi.
Jadi next time anda butuh hiburan, mungkin denngan luang waktu menikmati kekonyolan mereka, anda akan merasa lebih ringan dan ceria.
Cheers.
Daddy O
Kamis, 10 April 2008
Ko' maaaaaaaaales ya....?
4pm...
Hanya karena judul utama blog ini "menjadi penuh syukur", bukan berati tidak ada hal negatif yangterjadi sehari2.. Hari ini saya ngerasa seperti seseorang yang dis-oriented. Ada beberapa pekerjaan yang saya tunda2.. hanya karena menunggu badan ini fit untuk melakukannya.
So, dari sekian banyak kerjaan serius dan ngga serius, saya punya 3 pekerjaan utama yang berstatus:
1. seorang music director
2. penyiar
2. seorang jurnalis
ketiganya saya lakukan dalam keseharian -dengan berusaha enjoi dan bersyukur senantiasa tentunya-.
Hal ini ada 2 hal yang belum saya lakukan, dan seperti biasa, semua pekerjaan itu penting. Tapi entang kenapa. Ko' maaaaaaaaales ya....?
Sebagai bukti, saya menulis blog ini untuk dapetin mood :p
Sepertinya kata para dokter benar, kesehatan itu dijaga, karena hubungannya kemana2 kalo ngga fit. yah inilah yang dialami oleh saya.
Ko' maaaaaaaaales ya....?
Karena sudah berbulan2 ini saya tidak melakukan aktivitas apapun atas nama penyehatan badan...heugh...
Tau deh kapan mau berkomitmen buat berolahraga, tapi yang jelas beban kerjaan semakin lama semakin menekan kalo ngga dikerjain, tapi tetep; Ko' maaaaaaaaales ya....?
berharap ada yang menampar wajah saya untuk menyadarkan kalo waktu itu berharga, Tapi Ko' tetep maaaaaaaaales ya....?
Hueh, emang bener kata pak pendeta,"Daging (sifat manusia) itu menyesatkan, Roh menyelamatkan"
--Lho...?--
yea, being grateful...
2 April 2008
10pm…
Wuha. Melewati malam ini seperti masuk ke pintu menuju satu ruangan yang baru (atau mungkin pintu keluar dari sesuatu yang membosankan). Pemikiran yang baru dan rasa bersyukur memenuhi pikiran saya.
Pertama, bertemu dengan orang2 menyenangkan, yang sepertinya memiliki apresiasi terhadap apapun yang ada di depan mata mereka.
Malam ini saya memiliki janji untuk di sebuah coffee shop bernama “Djendelo” yang terletak dihalaman depan distro “Suicide Glam (mungkin akan saya jelaskan lebih lanjut tentang distro fenomenal bali ini next time) di daera Renon, Denpasar, bertemu dengan perwakilan sebuah band bernama “Ed Edy & Residivis”. Perwakilannya adalah seorang tokoh musik di Bali bernama Igo, dan Edy, vokalis dari sebuah band kritis social-political yang sempat populer dengan proses hukum yang harus mereka alami karena tuduhan merendahkan arti aparat, yaitu kata “Anjing” dan kata “Polisi” yang mungkin lagu itu dianggap memuat 2 kata tersebut ditujukan pada sesuatu yang sama. Selain itu ikut juga dalam pertemuan kami, kawan lama (partner in crime juga); Gino, dimana saya, dia dkk pernah berjuang dalam kampus yang sama, seseorang yang juga secara teknis membukakan pintu pertama pada saya dengan dunia media, sekarang kita bekerja di satu atap perusahaan yang sama tapi malam ini adalah yang terakhir buat Gino, esok hari ia sudah akan bekerja di sebuah perusahaan Industri Surfing Volcom, which is kemungkinan malam itu adalah malam yang dramatis buat dia mengingat ini adalah practically tugas terakhirnya untuk majalah The Beat (Majalah dwi mingguan entertainment dimana saya bekerja sebagai kontributor, keren kok majalahnya :p ).
So, sesuai appointment, saya datang jam 8 malam pas (entah mengapa sampai sekarang saya selalu berusaha untuk datang early tapi jarang berhasil, termasuk yang ini), saya parkir kendaraan saya, sebuah suzuki smash yang disebut ‘si gesit irit’ di halaman hijau Suicide Glam dengan membawa tas notebook terselempang di badan. Menuju coffee shop, dan saya sudah bisa lihat meja2 yang telah terisi bangkunya dengan orang2. Salah satunya ada satu meja yang telah terisi dengan 4 orang. Dari 4 orang yang duduk, saya bisa mengenali 3 dari antara mereka; Igo, Edy, dan Gendo - Seorang aktivis pergerakan Bali yang cukup popular pada era 2005-an dengan kasus pembakaran bendera dan penghinaan terhadap Presiden, (moga saya tidak salah menyebutkannya), lalu saya duduk di salah satu kursi dan mulai bersalaman denga ketiganya, lalu yan keempat adalah yan saya belum kenal, yang ternyata adlaah seorang wanita yang terlihat seperti teman dekat dari Gendo. Setelah itu saya menuju ke bar, disana ada Gino lagi memegang menu untuk membantunya memutuskan pesanan, dan saya menyapanya, selanjutnya ikut melihat menu kopi sampai akhirnya menempelkan telunjuk saya pada tulisan “Latte ramoean Djendelo” dan memesannya ditambah dengan keputusan mendadak saya memesan satu porsi French fries. Lalu kami duduk, dan pembicaraan di buka dengan langsung berbicara tentang album Ed Eddy oleh Gino, dan secara praktis, dengan notebook dipangkuan saya menjadi panitera acara. Wawancara berlangsun sangat kondusif dan diselingi tawa kecil dan juga kopi yang diangkat sebentar untuk dinikmati dan kembali diletakkan. Semanya berjalan lancer sampai akhirnya mengucapkan selamat malam kepada semuanya.
Sebuah pertemuan yang buat saya sadar, bila saya berada di pula dimana 8 dari sepulu orang disini seperti mereka, yang ramah dan humble, no matter seberapa besar potensi diri dimuat dalam diri.
Karena kehadiran kesempatan berbincang dengan mereka juga, saya juga bersyukur akan dunia yang sepertinya diarahkan oleh Tuhan untuk saya masuki, yaiutu dunia media yang saya tidak pernah terpikir akan masuk dalamnya dan merasa diberkahi dengan banyaknya kesempatan yang dipercayakan pada saya. Bukan detil cita2 masa kecil.
Eh ngomong2 cita2, sedikit ke belakang yuk, saya punya beberapa cita2 masih saya tunggu (iseng aja) untuk terwujud, something like this:
- Menjadi anggota team rescue, yang mengabaikan keadaan diri untuk menyelamatkan orang yang memiliki urgensi yang amat sangat dalam moment yang sempit. Sewaktu berikrar, para team rescue itu look so cool and soul-feeding for that little Dedi Kristian di saat bangku sekolah dasar waktu itu.
- Menjadi kameraman perang, dimana adrenaline rush terpuaskan dengan bertugas dibawah ancaman kehilangan nyawa dsb. Gambar yang berguncang pada acara berita di televisi menunjukkan bagaimana mereka bekerja sekaligus mengaktifkan sense of survival mereka. It’s like; wow, seru kayanya kalo aku bisa megang kamera di satu tempat yang banyak bahayanya dan merekam gambar2 yang setiap detiknya mungkin berharga sekali jika selamat ke tangan redaksi.
- Menjadi salah satu pimpinan perusahaan yang fanatik pada Versace, kecanduan otomotif dan memiliki tattoo rockstar tersembunyi, yang berkantor di lantai 15, dimana view di jendela saya adalah suasana metropolis teratur diluaran. (Itu tuh kaya ‘looking down, seperti kota ini ada dibawah kendali saya, sayalah tuhan kecil mereka’). Lalu imajinasi terbuyarkan ketika istri yang cantik dan anak saya datang untuk membawakan makan siang.
- Menjadi pendiri panti asuhan diamana nama saya tidak dikenal dan dibahas sama sekali (dibalik layar ajjah ah). Sometimes exposure is something you don’t need. Saya masih memeiliki rhema akan khotbah pendeta yang bilang ‘kita semua dikasi peran ama Tuhan, penuhilah peran itu’. Jadi saya ingin mendirikan apa saja kegiatan sosial tanpa diketahui orang, tanpa ada orang berterima kasih pada saya (ribet dan sok idealis banget ya keinginan saya?). So I do my part God given to me, and feed my soul. Period.
- Menjadi pemilik skate ramps atau studio Hip Hop yang memberikan layanan gratis buat anak2 yang ingin berkarya dan berkarya. (dude, mereka (anak muda) butuh sesuatu yang lebih dari penyuluhan2 dan pidato2 kosong, give’em facility!) Dimana saya duduk dan diam melihat mereka berjumpalitan, beraktifitas, mungkin bisa sedikit melupakan ayah mereka yang brengsek, perlakuan keluarga yang rusak, menghindari perkelahian dsb. Dimana di tempat2 itu terdapat poster2, graffiti dengan kata2 atau ayat2 positif untuk hidup lebih baik dan belajar memaafkan siapa saja.
- Menjadi pemilik kebun kecil yang indah di masa tua, dengan rumput seperti karpet, tumbuh2an yang mudah saya rawat dengan tubuh yang renta itu bersama istri tercinta yang terlihat cantik sekali di antara taman alami itu, bercerita tentang masa lalu dan tertawa, merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-50 di kebun itu dengan kue muffin yang tertancap lilin dengan api masih menyala, tidak ada musik latar, tidak ada makan2 besar, hanya kita berdua meniup lilin kecil itu, penanda tahun emas sudah terlewati, sekarang sudah memasuki masa berlian... (oops, kok saya ada air mata ya pas nulis ini?)
Hwaha.. so itulah confession saya tentang cita2 yang belum terpenuhi, apakah akan terpenuhi semua, satu saja, dua, atau tidak sama sekali? I never know until it comes, ngga terlalu ngoyo juga sih brur… Karena saya sekarang sedang menikmati cita2 saya yang terkabulkan, yaitu menjadi seseorang yang tidak berucap dalam hati “Saya tidak ingin ada disini, melihat orang2 ini dan bekerja seperti ini, saya ingin keluar!” seperti orang yang terperangkap di kantor dari jam 9-5 tapi serasa ingin keluar dari kantor itu. Nope,
saya sekarang berucap “Terima kasih Tuhan, saya sudah mengenali pria yang ada di depan cermin ini, dan saya suka apa yang saya alami.. terima kasih untuk mempercayakan satu hari lagi untuk saya.”